Penggunaan plastik banyak menuai kontroversi. Berbagai masalah
mulai dari keamanan produk untuk kesehatan sampai masalah limbah plastik
sering kali dilontarkan oleh aktivis gerakan anti plastik. Banyak pihak
yang mengeluhkan sifat limbah plastik yang sulit terdegradasi. Di sisi
lain, justru banyak pihak yang menganggap plastik adalah material yang
mampu menyokong kemajuan teknologi modern. Plastik dinyatakan dapat
meningkatkan efesiensi bahan baku, energi, dan waktu.
Masalahnya
Untuk memahami masalahnya secara benar, kita perlu memperluas
perhatian kita pada seluruh daur hidup produk. Setiap kali kita
memproduksi dan mengkonsumsi suatu barang perlu dipikirkan: apa yang
terjadi pada sumberdaya alam yang digunakan ? Bagaimana nanti pada saat
suatu benda menjadi sampah ?
Kita cenderung membahas suatu masalah secara sempit atau bagian yang
kita sukai atau inginkan saja. Akibatnya di tengah dunia yang mengalami
begitu banyak krisis, kita merasa hidup kita baik-baik saja.
Kita bisa sih membuat hidup kita terasa baik-baik saja, dengan
mempersempit wilayah perhatian kita. Tetapi apakah itu memecahkan
masalah ?
Ekonomi modern telah mengisolasi perhatian kita pada proses konsumsi
saja, dan kita ‘didorong’ untuk tidak mempedulikan apa dampak dari
setiap barang yang kita konsumsi. Inilah sisi gelap dari dunia konsumtif
yang sedang kita nikmati sekarang ini.
Kenyataannya, untuk setiap barang yang kita konsumsi, terkait dengan kerusakan alam karena eksploitasi dan polusi.
Kalau jumlah sampah yang kita hasilkan begitu banyak, hasilnya tetap
lebih banyak sampah, walaupun ada upaya daur ulang, biodegradability
dll. Persoalannya adalah teknologi produksi yang masif, tidak bisa
diiringi secara efektif oleh teknologi efisiensi, daur ulang dll. Jadi
walaupun secara teoritispun masalah sampah bisa diatasi dengan daur
ulang atau biodegradasi, tetapi kenyataannya tidak ada upaya yang layak
untuk menandingi produksi sampah yang begitu banyak, atau memang tidak
mungkin. Akibatnya TPA akan tetap penuh, polusi serta pelepasan metan ke
atmosferpun akan tetap terjadi.
Ini kenyataan global yang perlu kita terima, supaya solusi yang akan
kita pikirkan nantinya tidak menjadi sebuah solusi naif yang jadi bahan
lelucon anak cucu.
Solusinya
Kalau situasinya seperti di atas, cara tercepat dan mudah untuk
mengatasi krisis adalah dengan mengurangi barang yang kita produksi.
Sederhana bukan ? Lalu kenapa ini tidak terjadi ?
Persaingan bisnis saat ini membuat banyak barang sekali pakai
diproduksi. Para pebisnis berpikir bahwa konsumen menginginkan
kepraktisan bahan sekali pakai. Semakin suatu bahan cepat dibuang
semakin baik. Inilah salah satu pendorong utama menumpuknya
sampah-sampah di sekitar kita.
Irasional bukan ? Tetapi inilah yang sesungguhnya terjadi. Dan selama
ini terjadi, hampir tak mungkin ada teknologi daur ulang atau
biodgradability yang mampu mengejar produksi sampah.
Anda bisa membantu membuat ekonomi kita lebih rasional dengan menjadi
konsumen yang rasional. Mari kita ganti konsep ‘kantung kresek’ menjadi
‘Tas Belanja’. Tidak banyak kenyamanan yang harus kita korbankan dalam
berbelanja, tetapi dampaknya luar biasa.
Tas Belanja bersama dengan tempat makanan, gelas portabel pakai ulang
dan sapu tangan adalah pertanda kita adalah konsumen yang rasional,
cerdas dan peduli.
Yuk..yuk.. yuk… kita hidupkan tas belanja dan hapuskan kantung kresek dari sejarah peradaban manusia.
NB : jangan buang kantung kresek yang terlanjur ada di rumah anda.
Pakailah dengan hati-hati selama mungkin sampai ia benar-benar tak dapat
digunakan lagi. Pengalaman saya, kantung kresek pun dapat digunakan
ulang berpuluh sampai ratusan kali. Dan… jangan sampai ada kantung
kresek baru yang masuk ke rumah anda (susah-susah gampang,,, tapi
namanya juga perjuangan).
Diadopsi dari karya seorang pejuang lingkungan (David Sutasurya, YPBB Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar